Dalam hal ini yang menjadi fokus pembahasan adalah
topografi/relief dan waktu. Sebelum membahas mengenai bagaimana topografi /
relief dan waktu mempengaruhi pembentukan tanah berikut definisi dari faktor
pembentuk tanah tersebut.
1. Pengertian Topografi / relief
Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah
suatu daerah termasuk di dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief
mempengaruhi proses pembentuk tanah dengan cara:
(1) mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau
ditahan masa tanah,
(2) mempengaruhi dalamnya air tanah,
(3) mempengaruhi besarnya erosi, dan
(4) mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan
yang terlarut didalamnya.
- Pengaruh Topografi terhadap Pembentukan Tanah
Topografi (bentuk wilayah atau relief) suatu
daerah dapat menghambat ataumempercepat pengaruh iklim. Didaerah
bergelombang, drinase tanah lebih baik sehingga pengaruh iklim (curah hujan,
suhu) lebih jelas dan pelapukan serta pencucian berjalan lebih cepat. Di daerah
yang berlereng curam kadang-kadang terjadi terus menerus erosi permukaan sehingga
terbentuklah tanah-tanah dangkal. Pada tanah datar kecepatan pengaliran air
lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi miring mempergiat berbagai
proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah. Sebaliknya genangan
air didataran, dalam waktu lama atau sepanjang tahun, pengaruh ilklim nibsi
tidak begitu nampak dalam perkembangan tanah.
Di daerah beriklim humid tropika dengan bahan induk
tuff vulkanik, pada tanah yang datar membentuk tanah jenis latosol berwarna
coklat, sedangkan di lereng pegunungan akan terbentuk latosol merah. Di daerah
semi arid (agak kering) dengan bahan induk naval pada topografi datar akan
membentuk tanah jenis grumosol, kelabu, sedangkan dilereng pegunungan terbentuk
tanah jenis grumosol berwarna kuning coklat. Di lereng pegunungan yang curam
akan terbentuk tanah dangkal. Adanya pengaliran air menyebabkan tertimbunnya
garam-garam di kaki lereng, sehingga di kaki gunung berapi di daerah sub humid
terbentuk tanah berwarna kecoklat-coklatan yang bersifat seperti grumosol, baik
secara fisik maupun kimianya. Di lereng cekung seringkali bergabung membentuk
cekungan pengendapan yang mampu menampung air dan bahan-bahan tertentu sehingga
terbentuk tanah rawang atau merawang.
Sifat-sifat tanah yang umumnya berhubungan dengan
relief
tebal solum,
tebal dan kandungan bahan organik horison A,
kandungan air tanah (relative wetness),
warna tanah,
tingkat perkembangan horison,
reaksi tanah (pH), kejenuhan basa,
kandungan garam mudah larut dan lain-lain.
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit
lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar
lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
b. Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang
menyebabkantanahnya menjadi asam.
Topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan
4 Cara :
1. Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan
oleh massa tanah
2. Kedalaman air tanah
3. Besarnya erosi yang dapat terjadi
4. Arah pergerakan air yg membawa bahan-bahan terlarut
dari tempat yang tinggi ke tempat
yang rendah.
Topografi atau relief merupakan faktor pengubah dan
pembentuk sifat dan jenis tanah.
Pengaruh relief atau topografi
secara langsung terhadap pelapukan adalah pada :
· Posisi singkapan batuan (out crops) terhadap matahari
· Posisi permukaan tanah terhadap penyinaran dan curah hujan
Sehingga menimbulkan efek terhadap pembentukan tanah :
· Beda tinggi permukaan lahan (amplitude)
· Bentuk permukaan lahan
· Derajat kelerengan
· Panjang lereng
· Arah lereng
· Bentuk punggung lereng
Semua komponen relief atau
topografi tersebut bersama elemen iklim secara tak langsung berkorelasi
terhadap:
· Pelapukan fisik dan kimiawi batuan
· Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah
· Translokasi (pemindahaan secara gravitasi) atau eluviasi dan podsolisasi
· Deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)
Dengan demikian efek langsung
relief dan topografi terhadap tanah adalah pada :
· Tebal
daging ( solum) tanah; solum tanah pada daerah lembah dan dataran akan lebih tebal
dibandingkan solum tanah yang terdapat di puncak bukit atau lereng terjal.
· Drainase
tanah; tanah di daerah lembah atau
cekungan akan lebih jelek atau lambat dan sebaliknya untuk daerah-daerah
berlereng lebih cepat atau baik.
· Satuan
tanah; jenis tanah yang perbedaannya
ditentukan oleh regim kelembaban dan kelas drainase serta penciri oksida
reduksi, sangat dipengaruhi oleh relief atau topografi
· Tingkat erodibilitas tanah; Semakin besar selisih tinggi,
derajat kelerengan, dan panjang lereng maka semakin besar tingkat erodilitas
tanah .
2. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah
(dinamis) sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka
tanah-tanah yang semakin tua juga semakin kurus. Mineral yang banyak mengandung
unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar
lapuk seperti kuarsa. Profil tanah juga semakin berkembang dengan meningkatnya
umur.
Karena proses pembentuk tanah yang terus berjalan maka
bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi : tanah muda (immature atau
young soil), tanah dewasa (mature soil) dan tanah tua (old soil).
a. Tanah muda: pada tingkat ini proses pembentukan tanah terutama
berupa proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral, pencampuran bahan
organik dan bahan mineral dipermukaan tanah dan pembentuk struktur tanah karena
pengaruh bahan organik tersebut. Hasilnya adalah pembentukan horison A dan
horison C. Sifat tanah masih didominasi oleh sifat-sifat bahan induknya.
Termaksuk tanah muda adalah jenis tanah Entisol (Aluvial, Regosol).
b. Tanah dewasa: dengan proses yang lebih lanjut maka tanah-tanah
muda dapat berubah menjadi tanah dewasa yaitu dengan proses pembentukan horison
B. Horison B yang terbentuk adalah horison B yang masih muda (bw) sebagai hasil
dari proses alterasi bahan induk (terbentuk struktur tanah, warna lebih merah
dari bahan induk) atau ada penambahan bahan-bahan tertentu (liat dan lain-lain)
dalam jumlah sedikit dari lapisan atas. Pada tingkat ini tanah mempunyai
kemampuan berproduksi tertinggi, karena unsur-unsur hara di dalam tanah cukup
tersedia, akibat pelapukan mineral dan pencucian unsur hara belum lanjut. Jenis
tanah yang termaksuk dalam tingkat ini antara lain Inceptisol (Latosol Coklat,
dan lain-lain), Andesol, Vertisol, Mollisol dan sebagainya.
c. Tanah tua: dengan meningkatnya umur maka proses pembentuk tanah
berjalan lebih lanjut, sehingga terjadi perubahan-perubahan yang lebih nyata
pada horison A, E, EB, BE, Bt, (Bs), (Bo), BC dan lain-lain. Di samping itu
pelapukan mineral dan pencucian basa-basa makin meningkat sehingga tinggal
mineral-mineral yang sukar lapuk di dalam tanah dan tanah menjadi kurus dan
masam. Jenis-jenis tanah tua tersebut antara lain adalah tanah Ultisol
(Podsohik Merah Kuning) dan Oxisol (laterit).
Banyaknya waktu yang diperlukan untuk pembentukan
tanah berbeda-beda. Tanah yang berkembang dari batuan yang keras
memerlukan waktu yang lebih lama untuk pembentukan tanah dibanding dengan yang
berasal dari bahan induk yang lunak dari lepas. Dari bahan induk volkanik
lepas seperti abu gunung api, dalam waktu kurang dari 100 tahun telah dapat
terbentuk tanah muda. Tanah dewasa dapat terbentuk dalam waktu 1.000 – 10.000
tahun seperti halnya tanah Spodosol di Alaska yang berkembang dari bahan induk
berpasir (1.000 tahun) dan tanah Molisol di Amerika Serikat yang berkembang
dari bahan induk berlempung lepas (10.000 tahun). Tanah berasal dari abu Gunung
Krakatau letusan tahun 1883, membentuk horison A setebal 25 cm selama 100 tahun
(1883-1983), terutama yang tidak terjadi erosi. Di tempat-tempat yang
terjadi erosi ketebalan horison A hanya mencapai 5 cm atau kurang
(hardjowigeno, et al, 1983).
Perlu dicatat bahwa tingkat perkembangan tanah tidak
setara dengan tingkat pelapukan tanah. Tingkat perkembangan tanah berhubungan
dengan perkembangan pembentukan horison-horison tanah, sedang tingkat pelapukan
tanah berhubungan dengan tingkat pelapukan mineral dalam tanah. Tanah muda yang
baru mempunyai horison A dan C dapat berupa tanah yang baru sedikit mengalami
pelapukan bila berasal dari bahan induk baru seperti abu volkan, tetapi dapat
juga telah mengalami pelapukan lanjut bila berasal dari bahan induk tua atau
bahan induk yang telah mengalami pelapukan lanjut di tempat lain.
Kekeringan dan erosi dapat
menghambat perkembangan tanah. Dalam periode waktu yang sama (umur yang sama)
tanah di suatu tempat mungkin telah berkembang lanjut sedang di tempat lain
yang beriklim kering atau terus menerus tererosi, mungkin tanahnya belum
berkembang. Oleh karena itu, tua mudanya tanah tidak dapat dinyatakan dari umur
tanah tersebut (dalam tahun), tetapi harus didasarkan pada tingkat perkembangan
horison-horison tanah yang ada.
sumber :
http://iiskenzuke.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://id.scribd.com/doc/55694945/Faktor-Pembentukan-Tanah
http://geografisman4baubau.blogspot.com/2012/04/faktor-faktor-pembentuk-tanah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar